.

Ajari Anak-anak Dengan Akhlak Islam

Daripada Abu Hafs ‘Amru bin Abi Salamah  ‘Abdullah bin Abdul Asad anak tiri Rasulullah SAW katanya “Aku seorang kanak-kanak didalam peliharaan Rasulullah SAW dan pada waktu makan tanganku menjemput di sana sini di setiap sudut pinggan maka Rasulullah bersabda, “Wahai anak, bacalah بسم الله  (sebutkan nama Allah ketika hendak makan) dan makanlah dengan tangan kananmu dan hendaklah ambil makanan yang hampir dengan kamu. Selepas itu sentiasalah engkau ikut cara makan (yang ditunjuk oleh Rasulullah)”.
 
 
Huraian Hadith: 
  1. Rasulullah mengajar umatnya supaya membaca بسم اللهketika hendak makan, makan dengan tangan kanan dan mendahului mengambil makanan yang dekat.
  2. Islam menitikberatkan peradaban dalam semua aspek dikalangan umat Islam termasuk adab makan dan sebagainya.
  3. Kita berkewajipan mendidik anak-anak dengan adab-adab dan akhlak Islam dengan memberi tunjuk ajar dan teguran apabila mereka melakukan kesilapan.
  4. Para pendidik hendaklah memberi tunjuk ajar kepada golongan muda dan kanak-kanak apabila ada kesempatan yang sesuai kerana pada keadaan begitu tunjuk ajar adalah lebih berkesan.
  5. Hadis ini juga menunjukkan kepatuhan para sahabat kepada tunjuk ajar Nabi SAW sehingga kanak-kanak dikalangan mereka.

Unknown Kelebihan

Erti Kemenangan Yang Sebenar

Rasulullah SAW dalam suatu kesempatan pernah berkhutbah kepada para sahabat bahwa hikmah terbesar dari puasa Ramadhan di antaranya adalah menyambung tali silaturahim, memberi maaf kepada yang menzalimi dan memberi kepada orang yang tidak pernah memberi.

Dari khutbah yang sangat singkat di atas setidaknya ada tiga hal yang yang diperintahkan Rasulullah SAW kepada kita. Dan ketiga hal itu semuanya menyangkut hablum minannaas hubungan kepada sesama manusia. Pertama, di bulan Syawwal yang artinya meningkat ini merupakan momentum yang sangat pas untuk menyambung kembali tali silaturahim terhadap orang yang memutuskan. Hal ini memang dirasakan sangat berat bagi kita untuk menyambung kembali tali silaturahim yang putus.

Namun, hendaknya kita membuka kembali apa yang disabdakan Rasulullah SAW bahwa, ''Rahim (tali kekerabatan) begantung di Arsy. Ia berkata, barang siapa menyambungku maka akan disambung oleh Allah. Dan barang siapa memutusku maka akan diputus oleh Allah.'' (HR Bukhari dan Muslim). Sabda lain, kebaikan yang paling cepat mendatangkan pahala adalah birr (berbakti) dan silaturahim. Dan kejahatan yang paling cepat mendapat hukuman adalah kedurhakaan dan pemutusan silaturahim (HR Ibnu Maajah).

Dari dua hadis di atas sangat jelas bahwa menyambung kembali tali silaturahim merupakan perbuatan yang sangat disukai Allah. Selain itu orang yang menyambung silaturahim akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Sabda Nabi SAW, ''Barang siapa ingin rezekinya lapang dan usianya panjang, maka hendaknya ia menyambung silaturahim.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Kedua, mau memaafkan terlebih dahulu kepada orang yang berbuat zalim terhadap diri kita. Sebagai manusia yang memiliki sifat egois hal ini dirasakan sangat berat untuk bisa memaafkan kesalahan orang lain terlebih dahulu. Mungkin hal ini pernah kita rasakan bagaimana berat godaannya untuk bisa memaafkan terlebih dahulu kepada orang yang jelas-jelas telah menzalimi kita. Di sinilah akan terlihat kualitas keimanan dan ketakwaan kita setelah digembleng selama Ramadhan. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, ''Maafkanlah kesalahan orang yang murah hati (dermawan). Sesungguhnya Allah menuntun tangannya jika dia terpeleset (jatuh). Seorang pemurah hati dekat kepada Allah, dekat kepada manusia, dan dekat kepada surga.'' (HR Athabrani).

Ketiga, mau memberi kepada orang yang tidak pernah memberi (kikir). Dalam kehidupan bermasyarakat akan selalu ada di tengah-tengah kita orang yang tidak mau bederma. Mungkin kita juga akhirnya ikut-ikutan untuk tidak memberi kepada orang tersebut. Istilahnya, kekikiran harus dibayar dengan kekikiran pula. Padahal dalam ajaran Islam melarang keras umatnya untuk bersifat kikir. Hal ini dinyatakan dalam hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Muslim bahwa, ''Jauhilah kekikiran. Sesungguhnya kekikiran itu telah membinasakan (umat-umat) sebelum kamu.

Marilah kita mengimplementasikan ketiga hal di atas mumpung masih dalam suasana Lebaran. Dengan demikian, kita, pada akhirnya termasuk orang yang akan dikatakan ud khuluu haa bissalaamin aamin atau ''Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman.

Kedudukan Wanita Bernama Ibu

Ahmad Syauqi, seorang pujangga Arab, mengatakan melalui syair yang ditulisnya, ''Ibu adalah sekolah, apabila dia mempersiapkannya, dia menyiapkan masyarakat yang baik keturunannya.''

Syair yang sangat singkat ini menunjukkan bahwa seorang ibu memiliki kedudukan yang sangat mulia dan berpengaruh sangat besar. Ibu adalah pendidik paling utama bagi setiap anak. Selain itu, ibu adalah sosok yang paling dicintai oleh semua orang dan menjadi anutan mereka, serta pribadi yang didapati di hadapan setiap anak pada saat pertama kali matanya terbuka untuk melihat dunia.

Islam telah memberikan pesan melalui Alquran tentang kedudukan orangtua. Terlebih khusus lagi, adanya penekanan untuk senantiasa berbuat baik kepada ibu. Firman Allah, ''Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.'' (QS Lukman: 14). Hal ini menunjukkan bahwa keutamaan orangtua menempati urutan kedua setelah keutamaan Allah.

Ayat di atas juga memberikan pengkhususan, agar setiap anak berbakti dan berbuat baik kepada ibunya.

Perintah berbuat baik dan berbakti kepada ibu juga tercantum dalam beberapa hadis shahih, di antaranya adalah riwayat dari Abu Hurairah RA, bahwasanya ada seorang anak laki-laki datang kepada Rasulullah SAW. Ia berkata, ''Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?'' Nabi menjawab, ''Ibumu.'' Ia bertanya lagi, ''Kemudian siapa lagi?'' Nabi menjawab, ''Ibumu.'' Kemudian ia bertanya lagi, ''Kemudian siapa lagi?'' Nabi menjawab, ''Ibumu.'' Ia masih bertanya lagi, ''Kemudian siapa lagi?'' Nabi menjawab, ''Bapakmu.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Perintah berbuat baik kepada ibu yang diulang hingga tiga kali berturut-turut dalam hadis di atas menunjukkan bahwa ibu memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam pandangan Islam dan memiliki keutamaan yang sangat besar daripada yang lainnya. Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, ''Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya atas wanita?'' Nabi menjawab, ''Suaminya.'' Lantas Aisyah bertanya lagi, ''Siapakah yang lebih berhak atas seorang laki-laki?'' Nabi menjawab, ''Ibunya?'' (HR Ahmad).

Pesan Ilahiyah di atas sangat jelas sekali bahwa perintah berbuat baik kepada ibu merupakan bagian dari pesan umum yang disampaikan oleh Islam, yaitu, agar memperlakukan kaum wanita secara baik. Sosok seorang wanita yang telah menjadi ibu tak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan sosok laki-laki yang telah menjadi ayah. Sebab, ibu juga turut bertanggung jawab atas semuanya yang menjadi tanggung jawab ayah, terutama terhadap pendidikan anak-anak yang diasuhnya. Bahkan bobot pengaruh seorang ibu dalam mendidik anak, melebihi bobot pengaruh seorang ayah.

Oleh karena itu, Rasulullah SAW memerintahkan kepada para ibu untuk senantiasa memelihara dan mendidik anak-anaknya selama mereka belum memasuki jenjang pernikahan. Wallahu a'lam bish shawab
Unknown Kelebihan

Kata Mutiara Hikmah Syaikh Abu Ahmad as-Sughuri


“Kesombongan tidak pernah memasuki hati seseorang tanpa mengakibatkan penurunan derajat pikirannya setara dengan meningkatnya jumlah kesombongan dalam hatinya”

“Kesulitan mungkin akan menyentuh orang-orang yang beriman, tetapi kesulitan itu tidak akan mempengaruhi orang yang berdzikir.”

“Setiap orang yang berjuang di jalan Allah akan disediakan rezeki baginya. Dan itulah yang Allah katakan dalam al-Qur’an, “Setiap kali Zakariyya masuk untuk menemui Maryam di Mihrab, dia mendapati makanan di sisinya.” [3:37].

Kata Mutiara Hikmah Abu Bakar as Siddiq ra

“Patuhilah Aku selama Aku patuh kepada Allah swt dan Rasulullah saw, bila Aku tidak mematuhi Allah swt dan Rasulullah saw, maka jangan patuhi Aku lagi.”

“Tidak ada pembicaraan yang baik, jika tidak diarahkan untuk memperoleh ridha Allah swt"

"Tidak ada manfaat dari uang jika tidak dibelanjakan di jalan Allah. Tidak ada kebaikan dalam diri seseorang jika kebodohannya mengalahkan kesabarannya. Dan jika seseorang tertarik dengan pesona dunianya yang rendah, Allah swt tidak akan ridha kepadanya selama dia masih menyimpan hal itu dalam hatinya.”

“Kita menemukan kedermawanan dalam Taqwa (kesadaran akan Allah), kekayaan dalam Yaqin (kepastian), dan kemuliaan dalam kerendahan hati.”

“Waspadalah terhadap kebanggaan, sebab kalian akan kembali ke tanah dan tubuhmu akan dimakan oleh cacing.”

“Ketika beliau dipuji oleh orang-orang, beliau akan berdo’a kepada Allah dan berkata, “Ya Allah, Engkau mengenalku lebih baik dari diriku sendiri, dan Aku lebih mengenal diriku daripada orang-orang yang memujiku. Jadikanlah Aku lebih baik daripada yang dipikirkan oleh orang-orang ini mengenai diriku, maafkanlah dosa-dosaku yang tidak mereka ketahui, dan janganlah jadikan Aku bertanggung jawab atas apa yang mereka katakan.”

“Jika kalian mengharapkan berkah Allah, berbuatlah baik terhadap hamba-hamba-Nya.”

“Suatu hari beliau memanggil ‘Umar ra dan menasihati nya sampai ‘Umar ra menangis. Abu Bakar ra berkata kepadanya,“Jika engkau memegang nasihatku, engkau akan selamat, dan nasihatku adalah "Harapkan kematian selalu dan hidup sesuai dengannya”

“Mahasuci Allah yang tidak memberi hamba-hamba-Nya jalan untuk mendapat pengetahuan mengenai-Nya kecuali dengan jalan ketidak-berdayaan mereka dan tidak ada harapan untuk meraih pencapaian itu”

“Tolonglah Aku, jika Aku benar dan koreksilah Aku jika Aku salah. Orang-orang yang lemah di antara kalian harus menjadi kuat bersamaku sampai atas Kehendak Allah swt, haknya telah disyahkan. Orang-orang yang kuat di antara kalian harus menjadi lemah bersamaku sampai, jika Allah swt menghendaki, Aku akan mengambil apa yang harus dibayarnya”
Unknown Kelebihan

Hurain Berkaitan Hakikat Takdir Manusia

Takdir berakar dari kata qadara yang memiliki arti, antara lain, keputusan, ketetapan, dan perhitungan. Dalam Alquran banyak ayat yang membicarakan takdir. Salah satunya: ''Allah menetapkan malam dan siang.'' (Al-Muzammil: 20). Dalam ayat lain, Allah SWT menyatakan: ''Matahari itu bergerak pada posisinya. Itulah ketetapan pasti Tuhan yang Maha Tinggi dan Maha Mengetahui. Kemudian, bulan juga Kami tetapkan posisinya, hingga ia pada suatu saat akan kembali ke posisi semula.'' (Yasin: 28-29).

Alquran cukup indah menggambarkan persoalan takdir ini. Ketika takdir dikaitkan dengan Allah SWT, maka takdir adalah gambaran kekuasaan Allah SWT yang tak terbatas dan mutlak. Allahlah yang menciptakan alam raya beserta segala isinya, tanpa ada yang mampu menandinginya. Manusia adalah bagian dari takdir penciptaan itu sendiri. Manusia adalah makhluk Allah SWT yang terlingkupi oleh takdir-Nya.

Namun, lain halnya ketika takdir itu dikaitkan dengan umat manusia. Alquran selalu menggambarkan bahwa manusia memiliki keleluasaan untuk melakukan berbagai hal yang mereka inginkan. Dalam Alquran tercatat: ''Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah nasib mereka sendiri.'' (Ar-Ra'd: 11). Alquran juga menggambarkan bahwa apa yang akan manusia peroleh di akhirat nanti, itulah hasil usaha mereka di dunia. ''Siapa yang beramal baik, maka ia akan menuai kebaikan itu, namun siapa yang beramal buruk, maka ia akan mendapatkan keburukan di akhirat itu pula.'' (Al-Zalzalah: 7-8).

Dilihat sepintas lalu, ada perbedaan tajam menyangkut takdir tersebut. Di satu sisi Allah SWT mahakuasa dan menguasai manusia, namun di sisi lain Allah juga menyatakan manusia memiliki keleluasaan berbuat sesuai dengan kehendaknya. Lalu, apa sebetulnya hakikat takdir itu? Dalam satu kesempatan, Nabi SAW pernah menggambar garis lurus di atas tanah, dengan disaksikan oleh para sahabatnya. Beliau menggambar banyak garis yang berbeda bentuknya dan satu garis lurus. Ketika menggambar itu, beliau ditanya oleh para sahabatnya tentang maksud gambar itu.

Beliau lantas bersabda, ''Ini adalah satu jalan yang lurus, sedangkan yang lainnya adalah jalan-jalan yang beragam.'' (HR Bukhari dan Muslim). Artinya, di dunia ini ada banyak jalan yang dilalui oleh umat manusia. Manusia bebas menempuh jalan-jalan itu, namun selanjutnya, Nabi SAW tegaskan hanya ada satu jalan lurus yang mesti ditempuh oleh umat manusia. Jalan inilah yang Allah SWT dan Rasul-Nya tunjukkan.

Takdir dengan demikian adalah keputusan dan ketetapan Allah SWT yang pasti terjadi. Namun, kita tidak akan pernah tahu takdir Tuhan seperti apa. Kita tidak dituntut untuk tahu apa yang Allah SWT tetapkan pada kita. Yang dituntut dari kita adalah upaya kita untuk melakukan segala macam amal kebaikan positif di dunia ini. ''Dunia itu ladang akhirat,'' ujar Rasulullah SAW. (HR Bukhari). Yang menanam kebaikan akan beroleh kebaikan. ''Berlomba-lombalah dalam hal kebaikan.
Unknown Kisah Teladan

Bekal Menuju Ke Surga

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Thabrani, Abu Darda berkata, "Rasulullah SAW telah memberi wasiat kepadaku agar aku melihat kepada orang yang lebih rendah daripadaku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, mencintai orang-orang miskin dan mendekati mereka, menyambung tali silaturahim dengan orang yang memutuskan hubungan denganku, berkata atas nama Allah dan tidak takut dalam menegakkan kebenaran di jalan Allah, tidak meminta apa pun dari orang lain, dan memperbanyak bacaan hawqalah. Sesungguhnya semua itu adalah bekal menuju surga."

Ada beberapa prinsip hidup yang terkandung dalam hadis di atas yang jika dipegang teguh akan mengantarkan setiap Muslim menjadi penghuni surga.

Pertama, tidak tergoda oleh gemerlap kenikmatan dunia. Ia selalu melihat kepada orang yang lebih rendah dalam hal urusan dunia. Dengan begitu, ia tidak akan diperbudak oleh nafsu untuk mengejar kenikmatan dunia. Baginya, kepuasan yang sesungguhnya bukan karena melimpahnya harta dan benda, tetapi karena keberhasilannya mensyukuri nikmat Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, "Bukanlah kekayaan itu dengan melimpahnya harta dan benda, melainkan kekayaan itu adalah kekayaan jiwa." (HR Abu Ya'la).

Kedua, meningkatkan ibadah sosial. Dalam hidup, setiap Muslim tidak hanya cukup dengan ibadah ritual tetapi juga ibadah sosial. Ini dapat dilakukan dengan memberi perhatian kepada orang miskin. Sikap ini akan melahirkan kesadaran bahwa hikmah perbedaan kondisi kehidupan manusia adalah agar satu sama lain saling menolong. Menyambung tali silaturahim dengan orang yang telah memutuskan hubungan dengan kita juga merupakan bentuk ibadah sosial. Ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang ikhlas dan berjiwa besar. Rasa kasih sayang telah mengalahkan prasangka buruk terhadap orang lain. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim." (HR Bukhari Muslim).

Ketiga, berjuang menegakkan kebenaran di jalan Allah. Ini adalah perjuangan yang sangat mulia di sisi Allah. Orang yang yakin atas pertolongan Allah, ia tidak akan mundur dalam memperjuangkan kebenaran. Puncak kebahagiaan adalah ketika kebenaran berhasil mengalahkan kebatilan. Allah berfirman, "Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Dan janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang ragu terhadap kebenaran itu." (QS. 2:147).

Keempat, hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Ini berarti bahwa setiap orang diperintahkan untuk berusaha dan bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hidup sederhana dengan hasil keringat sendiri lebih baik daripada hidup berlimpah tetapi dari pemberian orang lain. Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah sekali-kali seseorang itu makan makanan lebih baik daripada apa yang dimakannya dari hasil jerih payahnya sendiri. Dan Nabi Daud AS itu makan dari hasil jerih payahnya sendiri." (HR. Bukhari).
Unknown Kelebihan

Kisah Teladan: Antara Cinta dan Pengorbanan

Ada seorang laki-laki tua yang sangat taat beribadah kepada Allah SWT. Pada suatu masa, ia merasa terkejut bercampur sedih ketika putra yang sangat ia cintai dan sayangi diperintahkan untuk disembelih. Perintah tersebut berasal dari Zat yang Agung dan sangat ia taati, yaitu Rabbul Alamin.

Lelaki tua itu tidak lain adalah Ibrahim AS dan anaknya, Ismail AS. Keduanya adalah nabi utusan Allah SWT. Sepanjang hidupnya, Ibrahim AS terkenal sebagai orang yang tidak pernah mengabaikan perintah Tuhan-Nya. Namun, perintah Allah kali itu terasa sangat berat dan susah untuk dilaksanakan. Betapa tidak, anak semata wayang yang sudah lama dinantikan kehadirannya tiba-tiba diperintahkan untuk dikorbankannya. Terjadilah dialog antara ayah dan anak yang kemudian diabadikan dalam Alquran. Kata Ibrahim, ''Anakku, aku bermimpi diperintah Allah untuk menyembelihmu, maka renungkanlah baik-baik kemudian berikan jawabanmu!''

Dengan tenang Ismail pun menjawab, ''Ayah, laksanakanlah perintah itu dengan penuh ketaatan, insya Allah aku termasuk orang-orang yang bersabar.'' Namun, dengan ketaatan keduanya, Allah SWT ternyata justru mengabadikan peristiwa bersejarah tersebut dengan menyelamatkan Ismail dan menggantikannya dengan domba yang sehat dan gemuk.

Ada dua pesan yang dapat ditangkap dari kisah di atas.

Pertama, kepasrahan Ibrahim dan Ismail adalah bukti penyerahan diri secara total kepada Tuhan yang Maha Memiliki segalanya. Kita sebagai manusia seharusnya menyadari bahwa semua yang kita miliki sekadar titipan dan pasti akan kembali. Harta, jabatan, anak, istri, dan bahkan nyawa sekalipun tidak akan selamanya abadi. Hanya Allah SWT yang kekal dan abadi. Firman-Nya, ''.... Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala keputusan, dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.'' (QS 28: 88).

Kedua, peristiwa tersebut mengandung makna pengorbanan yang sangat besar, di mana seorang ayah dengan tegar dan ikhlas mau mengorbankan putra kesayangannya. Tentunya kisah ini adalah pelajaran yang sangat berharga. Pengorbanan adalah bukti dari rasa cinta. Dengan pengorbanan kita berusaha belajar mengikis rasa kikir pada diri sendiri, dan itu dapat dibuktikan dengan mau berbagi dengan saudara (orang lain) yang memerlukannya.

Kita sering tidak menyadari bahwa rasa cinta kepada Allah SWT juga memerlukan pengorbanan. Yaitu, ikhlas memberikan apa yang paling kita cintai. Allah SWT berfirman, ''Kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan kebajikan yang sempurna sebelum kamu menafkahkan dari sesuatu yang kamu cintai, sesungguhnya Allah pasti mengetahuinya.'' (Al-Imran: 92). Orang yang mampu berbagi tapi kemudian menyembunyikan nikmat itu, maka Allah akan memberikan hukuman bagi mereka. Firman-Nya, ''Orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir serta orang-orang yang menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikannya kepada mereka, kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir (nikmat) siksa yang menghinakan.
Unknown Kisah Teladan

Anak Yatim Adalah Penyejuk Hati

Inginkah hati Anda menjadi lembut dan damai? Rasulullah SAW memberi resep untuk itu. Kata beliau, ''Bila engkau ingin agar hati menjadi lembut dan damai dan Anda mencapai keinginanmu, sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah dia makanan seperti yang engkau makan. Bila itu engkau lakukan, hatimu akan tenang serta lembut dan keinginanmu akan tercapai. (HR Thabrani).

Hadis tersebut memberikan petunjuk kepada umat Islam bahwa salah satu sarana untuk menenangkan batin dan mendamaikan hati ini adalah mendekati anak yatim, terlebih yatim piatu. Mengusap kepala mereka dan memberinya makan minum merupakan simbol kepedulian dan perhatian serta tanggung jawab terhadap anak yatim/piatu.

Berbuat baik terhadap anak yatim/piatu bukanlah sekadar turut membantu menyelesaikan lapar dan dahaga sosialnya. Tetapi, di sisi lain perbuatan itu merasuk ke dalam batin, menenteramkan hati, dan mendamaikan perasaan orang yang memberi perhatian kepada mereka. Berbagai ayat Alquran dan hadis Nabi banyak membicarakan betapa mulianya kedudukan anak yatim/piatu di mata Allah SWT.

Di dalam surat Ad-Dhuha ayat 9, Allah SWT melarang untuk melakukan kekerasan kepada anak yatim/piatu. Firman Allah SWT: ''Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.'' Anak yatim yang ditinggal wafat oleh ayahnya dan yatim piatu yang ditinggalkan ayah-ibunya, mendambakan belaian dan kasih sayang dari orang lain. Baik keluarga terdekat maupun dari yang lainnya. Ia mengharapkan tumpuan kasih sayang dan sebaliknya juga sekaligus menjaga sumber kasih dan ketenangan itu. Orang yang menenangkan hati dan perasaan anak yatim, ia pun akan memperoleh balasan seperti itu pula, yakni ketenangan batin.

Rasulullah SAW terkenal dengan kelemahlembutannya yang demikian tinggi terhadap anak yatim/piatu. Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa pada suatu hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW melihat seorang anak yatim, lalu beliau mengelus dan merangkulnya, berbuat baik padanya, membawa anak itu ke rumah beliau, lalu berkata kepada anak yatim itu, ''Wahai anak, maukah engkau bila aku menjadi ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu?''

Jadi, anak yatim/piatu adalah sumber ketenangan batin, mendekati dan berbuat baik kepadanya akan menenangkan kalbu. Sebaliknya, jikalau anak yatim disakiti dan dizalimi, maka Allah SWT akan menurunkan kesengsaraan hidup kepada mereka yang berbuat sewenang-wenang itu.
Unknown Kelebihan

Hendaklah Berlaku Adil Dan Berbuat Baik

Berbuat baik merupakan misi Islam terpenting bagi kehidupan manusia. Islam memerintahkan Muslim untuk berbuat baik kepada semua makhluk, terutama kepada sesama manusia. Dalam Alquran, perintah berbuat baik kadangkala beriringan dengan perintah menegakkan keadilan. Ini mengisyaratkan tegak dan berkembangnya perbuatan baik dalam kehidupan manusia didukung kebiasaan berlaku adil. Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan." (QS 16:90).

Islam mendorong Muslim berlomba-lomba berbuat baik. Balasan bagi para pemenangnya diberikan Allah di akhirat kelak berupa surga. Allah berfirman, "Berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat.

Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS 2:148). Perbuatan baik lahir dari iman dan takwa, serta hanya mengharap balasan dari Allah di dunia dan akhirat. "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab, 'Allah telah menurunkan kebaikan'. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS 16:30).

Perbuatan baik lahir dari orang-orang yang memiliki sifat-sifat baik dalam dirinya. Sifat-sifat yang baik hanya diberikan Allah kepada orang yang sabar. Allah berfirman, "Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (QS 41:35).

Di antara perbuatan baik adalah memberikan bantuan moral, material, tenaga, dan bersikap baik kepada sesama manusia. Perbuatan baik perlu ditunjukkan kepada karib kerabat terdekat, tetangga, dan sesama manusia. Allah berfirman, "Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu." (QS.4:36).

Bentuk lain perbuatan baik, menggunakan harta sesuai perintah Allah demi kepentingan dunia dan akhirat. Allah berfirman, "Belanjakanlah hartamu di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS 2:195).

Kebaikkan yang bernilai tinggi di sisi Allah adalah berbuat baik kepada orang yang jahat kepada kita. Allah berfirman, "Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan." (QS 28:54).

Setiap kebaikan mendapat balasan lebih baik dari Allah dan setiap kejahatan mendapat balasan sebanding dengannya. Allah berfirman, "Siapa yang datang membawa kebaikan, baginya pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan siapa yang datang membawa kejahatan, tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan seimbang dengan apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS 28:84).
Unknown Kelebihan

Kisah: Akan Datang Penghuni Syurga

Di suatu hari Nabi sedang duduk di Masjid bersama para sahabatnya. Tiba-tiba Nabi berseru, "akan datang penghuni surga." Serentak para sahabat memandang ke arah pintu. Ternyata datanglah seorang sahabat yang memberi salam pada mejelis Nabi lalu shalat.

Keesokan harinya lagi, pada situasi yang sama, Rasul berseru, "Akan datang penghuni surga." Tiba-tiba hadir dari arah pintu sahabat yang kemaren juga digelari Rasul penghuni surga.

Selepas bubarnya mejelis Nabi, seorang sahabat mengejar "penghuni surga" tersebut. Ia berkata, "maafkan saya wahai saudaraku. Aku bertengkar dengan keluargaku bolehkah aku barang satu-dua hari menginap di rumahmu?"

"Penghuni surga" ini lalu berkata, "baiklah..." Satu hari berlalu, dua hari berlalu dan tiga hari pun berlalu. Akhirnya sahabat ini tak tahan dan berkata pada "penghuni surga". "Wahai saudaraku sebenarnya aku telah berbohon padamu. Aku tak bertengkar dengan keluargaku. Aku bermalam di rumahmu untuk melihat apa amalanmu karena aku mendengar rasul menyebutmu penghuni surga. Tapi setelah aku perhatikan amalan mu sama dengan apa yang aku kerjakan. Aku jadi tak mengerti....."

"Penghuni surga" itu menjawab, "maafkan aku, memang inilah aku! Ibadah yang aku jalankan tidak kurang- tidak lebih sebagaimana yang engkau saksikan selama tiga hari ini. Aku tak tahu mengapa Rasul menyebutku "penghuni surga".

Sahabat itu lalu pergi meninggalkan "penghuni surga". Tiba-tiba "penghuni surga" itu memanggil sahabat tersebut. "Saudaraku, aku jadi teringat sesuatu. Aku tak pernah dengki pada sesama muslim. Mungkin ini......"

Sahabat tersebut langsung berseru, "ini dia yang membedakan engkau dengan kami. Ini dia rahasianya mengapa Rasul menyebutmu penghuni surga. Ini yang tak dapat kami lakukan."

Ternyata, soal dengki ini bukan persoalan sepele. Ada seorang tukang sate di tempat saya. Alhamdulillah satenya yang memang empuk itu laris bukan main. Tetangganya mulai mencibir dan menuduh si Tukang sate memelihara tuyul. Ketika anak si Tukang Sate kecelakaan, lagi-lagi tetangganya mencibir, "rasakan! itulah tumbal akibat main tuyul!"

Lihatlah kita. Apakah kita bertingkah laku persis tetangga Tukang Sate tersebut? Kita tak rela kalau saudara kita memiliki nilai "lebih" di mata kita. Repotnya, rumput tetangga itu biasanya terlihat lebih "hijau" dibanding rumput kita. Kita dengki dengan keberhasilan saudara kita.

Ada seorang wanita karir yang berhasil. Karena beban kerjanya dia sering kerja lembur sampai baru pulang saat larut malam. Tetangganya menuduh ia wanita jalang. Ketika dari hasil jerih payahnya ia mampu membeli mobil, tetangganya ribut lagi, kali ini ia disebut "simpanan seorang bos".

Masya Allah! Bukannya belajar dari keberhasilan saudara kita tersebut, kita malah mencibir dan menuduhnya yang bukan-bukan.

Dengki adalah persoalan hati. Dari dengki biasanya lahir buruk sangka, kemudian dari buruk sangka biasanya lahir fitnah dan tuduhan, untuk menyebarkan fitnah ini kita bergosip kemana-mana sambil menggunjingkan perilaku orang tersebut.

Lihatlah, bermula dari dengki kemudian menyusul perbuatan dosa yang lain!

Sulit sekali menghilangkan rasa dengki tersebut. Untuk itu marilah kita minta perlindungan-Nya:

"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan KEDENGKIAN dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS 59:10)
Unknown Kisah Teladan

Bolehkah Lelaki Memakai Cincin Suasa?

(Dengan nama Allah, Segala puji bagi Allah, Selawat dan salam ke atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan para pengikut Baginda)
 
1.JAWAPAN DARI JAKIM
Soalan : Assalamualaikum WBTH. Tuan Panel, saya ingin mengetahui apakah hukumnya lelaki memakai cincin suasa yang bertatahkan berlian. Saya bercadang membelinya untuk perkahwinan saya. Saya keliru sebab ada yang mengatakan boleh dan tidak kurang juga mengatakan haram. Jika ianya haram apakah alternatifnya. Mohon penjelasan para panel yang budiman. Sekian, terima kasih.. 

 Jawapan :
Memakai cincin menurut sunnah yang diperbuat daripada perak adalah harus bagi lelaki. Manakala bagi perempuan harus memakai cincin yang diperbuat daripada emas. Rasulullah SAW pernah memakai cincin diperbuat daripada perak sehingga baginda wafat. Baginda melarang memakai cincin emas sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh al-Tirmizi bermaksud:
"Rasulullah SAW melarang daripada memakai cincin emas". Cincin suasa adalah campuran daripada dua unsur logam iaitu emas dan perak. Oleh kerana cincin suasa campuran emas lebih daripada perak maka ia dihukumkan emas dan haram dipakai oleh kaum lelaki. Menurut laporan Mesyuarat Panel Kajian Syariah JAKIM kali ke 31 pada 2-4 Oktober 2000mengenai hukum memakai suasa bagi lelaki adalah HARAM.
 
Panel menasihati agar pengantin lelaki memakai cincin perak atau platinum.  
Nota: 1. Jawapan kepada soalan disediakan oleh Panel Kemusykilan Agama, JAKIM 2. Setiap borang yang dihantar hendaklah mengandungi hanya satu soalan sahaja. 3. Jawapan yang diberi adalah berdasarkan Mazhab Shafie kecuali dinyatakan sebaliknya.
2. JAWAPAN DARI UST. AZHAR IDRUS(ustazazhar.com) SOALAN:
 
Assalamualaikum.. Apa hukum org lelaki memakai cincin suasa? Ada pendapat mengatakan haram. minta penjelasan dari ustaz.  

JAWAPAN:
Waalaikumussalam.. Apa yang saya ketahui hukum memakai cincin suasa bagi orang lelaki adalah haram kerana ia diperbuat daripada emas yang bercampur dengan logam lain. Samalah seperti haramnya lelaki memakai emas putih seklipun emas putih itu bukan 100% diperbuat daripada emas. Kata Imam Nawawi dalam kitab Syarah Muslim yg bermaksud: "Emas itu adalah haram atas lelaki memakainya samdaa emasnya sedikit atau banyak." Syeikh Abd Qadir Al-Mandili menyebut dalam fatwanya : "Dan adalah suasa itu haramlah bagi kaum lelaki memakainya." 

Rujukan:
Kitab Fatwa Syeikh Abd Qadir , Fatawa Mufti Negeri Johor dan Pelita Penuntut.
3.Fatwa Daripada Kerajaan Brunei Darussalam
#Barang-barang kemas daripada emas suasa# Emas suasa ialah pancalogam atau campuran daripada emas dan tembaga.
 
Barang-barang kemas yang diperbuat daripada emas suasa, seperti cincin, gelang, kalung dan sebagainya adalah termasuk di antara barang-barang yang diharamkan bagi kaum laki-laki memakainya, kerana perhiasan emas yang diharamkan itu tidak kira sama ada ianya terdiri daripada emas semata-mata (tidak bercampur dengan benda yang lain) ataupun sebahagiannya daripada emas dan sebahagian lagi daripada benda yang lain (bercampur). Sedangkan zat emas itu terdapat pada emas suasa. Di samping itu, terdapat unsur bermegah-megah dan membanggakan diri dengan memakai emas suasa itu. 


(Tuhfah 1/118-119, Al-Raniri, Sirat al-Mustaqim m.s. 25, Fatwa siri 4/86) Al-‘Allamah asy-Syeikh Nuuruddin Muhammad Jilani ar-Raniri di dalam kitabnya Sirat al-Mustaqim menjelaskan: “Dan demikian lagi, haram memakai suasa…..”(M.s. 25) Allahyarham Yang Dimuliakan Pehin Datu Seri Maharaja Dato Seri Utama Dr. Awang Haji Ismail bin Omar Abdul Aziz pernah ditanya mengenai hukum orang laki-laki memakai rantai leher, gelang tangan, cincin yang dibuat daripada suasa. Beliau menjelaskan:
 

“Haram di atas laki-laki memakai barang-barang kemas dari emas seperti cincin dan juga dari suasa, kerana suasa itu suatu logam yang terjadi dari emas dan suasa. Berkata al-Imam an-Nawawi dalam Minhaj: “Halal digunakan tiap-tiap bejana yang suci, melainkan bejana yang diperbuat dari emas atau perak adalah haram digunakan.” 


 Kata al-Imam Ibnu Hajar lepas matn al-Minhaj ini: “Semuanya atau setengahnya dari salah satu dari keduanya (emas dan perak) atau dari keduanya.” Berkata al-Imam Ibnu Hajar , sebab diharamkan ialah kerana ‘ain (emas ada pada suasa itu), dengan syarat ada khuyala’ iaitu bermegah-megah dan membesarkan diri dengan memakai suasa itu.  


Berkata ulama: “Kerana warna yang ada pada suasa itu warna kuning, sekalipun sedikit pada pandangannya, tetapi warna kuning itu tiada sepenuhnya bahkan warna kuning bercampur dan bersulam dengan warna merah dan ada khuyala’ pada memakai suasa seperti ada khuyala’ pada memakai emas.”  


Oleh yang demikian memakai cincin dari suasa adalah haram, apatah lagi kalau cincin itu dibuat dengan semata-mata emas.” (Fatwa siri 4/86)
4. JAWAPAN DARI JABATAN MUFTI KEDAH
Soalan:
Apakah hukum memakai cincin suasa?
Jawapan:
Menurut kenyataan dan perakuan daripada tukang-tukang emas beragama Islam yang ada kepercayaan dan mempunyai pengalaman dan pengetahuan terhadap jenis-jenis logam yang diperbuat hiasan adalah suasa itu sejenis logam yang diadun dari berbagai-bagai logam menurut kadar dan peratus yang tertentu iaitu:
1. Tembaga 70%
2. Emas 20%
3. Perak 10%
Logam ini setelah diadun dan dicampur dengan cara-cara yang tertentu akan beroleh menjadi sejenis logam yang dikenali sekarang ini sebagai suasa dan suasa ini menurut perakuan dari tukang-tukang emas tersebut apabila dilebur kali pertama maka unsur-unsur emas di dalamnya tiada dapat dikesan lagi dan apabila dilebur pada kali kedua akan berubah menjadi tembaga. 
Menurut pendapat fuqaha’ adalah halal bagi lelaki memakai cincin daripada logam yang " مموه" iaitu yang bersadur atau bercampur dengan emas yang sekiranya dileburkan emas itu tiada dapat dikesan lagi dan jika dapat dikesan halal bagi orang-orang perempuan sahaja iaitu tertentu pada barang-barang hiasan mereka tiada pada barang-barang lain, walaubagaimana pun perbuatan menyadur atau mencampur itu adalah haram sekalipun bagi perhiasan-hiasan perempuan kerana terdapat padanya pembaziran.
Rujuk nas Tuhfah Muhtaj Bi Syarh Al-Manhaj juzuk 1 hlmn 122.
Negara asal : Malaysia
Negeri : Kedah
Badan yang mengisu fatwa :Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri Kedah
Penulis/Ulama : Mufti Kerajaan Negeri Kedah
WALLAHUA'LAM Sumber: Ibnu Islam.. 

http://islam4online.blogspot.com/2012/08/apakah-hukum-lelaki-memakai-cincin-suasa.html 
Unknown

7 Perkara Yang Tak Disukai Ketika Solat

7 Perkara Makruh Ketika Solat
  1. Memalingkan tengkok ketika solat kecuali kerana keperluan. ( Bukhari )
  2. Mengangkat pandangan ke atas.( Bukhari )
  3. Bermain-main dengan rambut ( mengurai-uraikannya ) dan menyising hujung baju ( seperti lengan ) ketika solat.( Bukhari & Muslim )
  4. Solat ketika makanan sudah dihidangkan yang mana hatinya teringin memakannya.( Bukhari )
  5. Solat dalam keadaan menahan kencing atau menahan buang air besar. ( Imam Muslim )
  6. Solat dalam keadaan mengantuk.( Bukhari & Muslim )
  7. Solat ditempat seperti berikut : Ini kerana tempat tersebut dibimbangi ada najis dan sukar untuk mendapat khusyuk.
Unknown Kelebihan

8 Sifat Pakaian Wanita Dalam Islam


a. Pakaian itu mestilah menutup aurat

Rasulullah saw bersabda :

Telah berkata Aisyah .a “ Sesungguhnya, Asma’binti Abu Bakar menemui Nabi saw dengan memakai busana yang nipis ” Maka nabi berpaling daripadanya dan bersabda “Wahai Asma’ , sesungguhnya apabila wanita itu telah baligh (sudah haid) tidak boleh dilihat daripadanya kecuali ini dan ini , sambil mengisyaratkan kepada muka dan tapak tangannya”

b. Pakaian itu tidak terlalu nipis sehingga tampak bayangan tubuh badan dari luar

“Dua orang ahli neraka yang belum pernah saya lihat adalah : kaum yang memegang pecut bagai ekor lembu digunakan untuk memukul orang (tanpa alasan), orang perempuan yang berpakaian tetapi telanjang bagaikan merayu-rayu melenggok-lenggok membesarkan cemaranya bagaikan punuk unta yang mereng. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan dapat mencium bau syurga, sedangkan bau syurga dapat dicium dari jarak yang sangat jauh”
(Riwayat Muslim)

c. Pakaian itu tidak ketat atau sempit , tetapi longgar atau selesa dipakai.

Ia menutup bahagian-bahagian bentuk tubuh yang menggiurkan nafsu lelaki dan ia menutup aspek kehaiwanan dari insan itu.

Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Abi Salamah bahawa Umar Bin Khattab .a menghadiahkan kepada seseorang dengan pakaian nipis buatan Mesir Lama, kemidian berkata , “Jangan dipakaikan kepada isteri-isteri kamu!” Lalu seseorang berkata “ Ya Amirul Mukminin aku telah memakainya untuk isteriku, kemudian memutarkan badannya tetapi tidak kelihatan auratnya .” selanjutnya Umar berkata, “Memanglah auratnya tidak nampak, tetapi bentuk tubuhnya nampak”

e. Warna pakaian itu suram atau gelap, seperti warna hitam atau kelabu asap atau perang sehingga tiada bernafsu lelaki melihatnya( terutamanyya pakaian seperti jilbab atau abaya) . Menurut Ibnu Kathir di dalam tafsirnya pakaian wanita-wanita pada zaman Nabi saw ketika mereka keluar rumah berwarna hitam)

 
f. Pakaian itu tidak sekali-kali disemerbakkan dengan bau-bauan yang harum, demikian juga tubuh badan wanita itu, kerana bau-bauan ini ada pengaruhnya atas nafsu kelamin lelaki yang ajnabi.Perempuan yang memakai bau-bauan ketika keluar rumah sehingga lelaki mencium baunya disifatkan oleh Rasulullah saw sebagai zaniyah, yakni pelacur atau penzina.

    “Wanita apabila memakai wangi-wangian , kemudian berjalan melintasi kaum lelaki maka dia itu begini dan begini iaitu pelacur ” (Riwayat Abu Dawud dan Tirmizi)

g. Pakaian itu tidak bertashabbuh dengan pakaian lelaki yakni tiada meniru –niruatau menyerupai pakaian lelaki

Telah berkata Ibnu Abbas :

    “Rasulullah saw telah melaknat lelaki yang menyerupai wanita dan wanita-wanita yang menyerupai lelaki”
    (Riwayat Bukhari)

h. Pakaian itu tiada bertashabbuh dengan pakaian perempuan-perempuan kafir dan musyrik.

i. Pakaian itu bukanlah libasu sh-shuhrah, yakni pakaian untuk bermegah-megah , untuk menunjuk-nunjuk atau bergaya.



Ulasan Admin : Jom baca Firman Allah di bawah.

Firman Allah..

" Wahai Nabi, Suruhlah isteri-isterimu,anak-anak perempuanmu, dan perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya ( semasa mereka keluar ), cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal ( sebagia perempuan baik-baik ) maka dengan itu mereka tidak diganggu.Dan ( ingatlah ) Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani.

Amalan Sunnah Pada Hari Jumat

Hari Jumat adalah hari yang mulia, dan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia memuliakannya. Keutamaan yang besar tersebut menuntut umat Islam untuk mempelajari petunjuk Rasulullah dan sahabatnya, bagaimana seharusnya menyambut hari tersebut agar amal kita tidak sia-sia dan mendapatkan pahala dari Allah ta’ala. Berikut ini beberapa Amalan Sunnah Pada Hari Jumat yang harus diperhatikan bagi setiap muslim yang ingin menghidupkan syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Jumat.

1. Memperbanyak Shalawat Nabi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, 
“Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku didalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)
2. Mandi Jumat

Mandi pada hari Jumat wajib hukumnya bagi setiap muslim yang balig berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri, dimana Rasulullah bersabda yang artinya, 
“Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang baligh.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mandi Jumat ini diwajibkan bagi setiap muslim pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, orang sakit dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat sholat Jumat. Adapun tata cara mandi Jumat ini seperti halnya mandi janabah biasa. Rasulullah bersabda yang artinya, 
“Barang siapa mandi Jumat seperti mandi janabah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Menggunakan Minyak Wangi

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, 
“Barang siapa mandi pada hari Jumat dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu sholat sesuai yang ditentukan baginya dan ketika imam memulai khotbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Bersegera Untuk Berangkat ke Masjid

Anas bin Malik berkata, 
“Kami berpagi-pagi menuju sholat Jumat dan tidur siang setelah sholat Jumat.” (HR. Bukhari).
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, 
“Makna hadits ini yaitu para sahabat memulai sholat Jumat pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat zuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.” (Lihat Fathul Bari II/388)
5. Sholat Sunnah Ketika Menunggu Imam atau Khatib

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
“Barang siapa mandi kemudian datang untuk sholat Jumat, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai jum’at berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)
6. Tidak Duduk dengan Memeluk Lutut Ketika Khatib Berkhotbah

“Sahl bin Mu’ad bin Anas mengatakan bahwa Rasulullah melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) pada saat sholat Jumat ketika imam sedang berkhotbah.” (Hasan. HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

7. Sholat Sunnah Setelah Sholat Jumat

Rasulullah bersabda yang artinya, 
“Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat Jumat, maka sholatlah empat rakaat.”
Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata,
“Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka sholatlah dua rakaat di masjid dan dua rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)
8. Membaca Surat Al Kahfi

Nabi bersabda yang artinya, 
“Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat maka Allah akan meneranginya di antara dua Jumat.” (HR. Imam Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menshahihkannya)
Demikianlah sekelumit etika yang seharusnya diperhatikan bagi setiap muslim yang hendak menghidupkan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di hari Jumat. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa di atas sunnah Nabi-Nya dan selalu istiqomah di atas jalan-Nya.

(Disarikan dari majalah Al Furqon edisi 8 tahun II oleh Abu Abdirrohman Bambang Wahono)

***

Penulis: Abu Abdirrohman Bambang Wahono
Artikel www.muslim.or.id
Unknown Kelebihan

Allah Anugerah 15 Perkara Pada Wanita Tidak Lelaki

1. Pada suatu ketika di Madinah, Rasulullah s.a.w. keluar mengiringi jenazah. Baginda dapati beberapa orang wanita dalam majlis tersebut. lalu Baginda bertanya, “Adakah kamu menyembahyangkan mayat?” Jawab mereka,”Tidak” Sabda Baginda “Seeloknya kamu sekalian tidak perlu ziarah dan tidak ada pahala bagi kamu. Tetapi tinggallah di rumah dan berkhidmatlah kepada suami nescaya pahalanya sama dengan ibadat kaum orang lelaki.


2. Wanita yang memerah susu binatang dengan ‘Bismillah’ akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.


3. Wanita yang menguli tepung gandum dengan ‘Bismillah’, Allah akan berkatkan rezekinya.
 
4. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti menyapu lantai di Baitullah ( Kaabah).

5. “Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang mengeluarkan peluh ketika membuat roti, Allah akan membinakan 7 parit di antara dirinya dengan api neraka, jarak di antara parit itu ialah sejauh langit dan bumi.”

6. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang, Allah akan mencatatkan untuknya perbuatan baik sebanyak utas benang yang dibuat dan memadamkan seratus perbuatan jahat.”

7. “Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang menganyam akan benang dibuatnya, Allah telah menentukan satu tempat khas untuknya di atas tahta di hari akhirat.”

8. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang dan kemudian dibuat pakaian untuk anak-anaknya maka Allah akan mencatit baginya ganjaran sama seperti orang yang memberi makan kepada 1000 orang lapar dan memberi pakaian kepada 1000 orang yang tidak berpakaian.”

9. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang meminyakkan rambut anaknya, menyikatnya, mencuci pakaian mereka dan mencuci akan diri anaknya itu, Allah akan mencatatkan untuknya pekerjaan baik sebanyak helai rambut mereka dan memadamkan sebanyak itu pula pekerjaan jahat dan menjadikan dirinya kelihatan berseri di mata orang-orang yang memerhatikannya.”

10. Sabda Nabi s.a.w. : ” Ya Fatimah setiap wanita meminyakkan rambut dan janggut suaminya, memotong misai dan mengerat kukunya, Allah akan memberi minum kepadanya dari sungai-sungai serta diringankan Allah baginya sakaratul maut dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman daripada taman-taman syurga dan dicatatkan Allah baginya kelepasan dari api neraka dan selamatlah ia melintas Titian Shiratul Mustaqim.”

11. Jika suami mengajarkan atau menerangkan kepada isterinya satu masalah agama atau dunia  dia akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.

12. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumahtangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga dan menunggu kedatangan suaminya dengan menunggang kuda yang diperbuat daripada permata yakut.

13. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya iaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah. Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita (isteri) yang solehah.

14. Salah satu tanda keberkatan wanita itu ialah cepat perkahwinannya, cepat pula kehamilannya dan ringan pula maharnya (mas kahwin).

15. Sebaik-baik wanita ialah wanita (isteri) yang apabila engkau memandang kepadanya ia menggembirakan kamu, jika engkau memerintahnya  ia  mentaati perintah tersebut  dan jika engkau bermusafir dia menjaga harta engkau dan dirinya. Maksud hadis: Dunia yang paling aku sukai ialah wanita solehah.

1. Pada suatu ketika di Madinah, Rasulullah s.a.w. keluar mengiringi jenazah. Baginda dapati beberapa orang wanita dalam majlis tersebut. lalu Baginda bertanya, “Adakah kamu menyembahyangkan mayat?” Jawab mereka,”Tidak” Sabda Baginda “Seeloknya kamu sekalian tidak perlu ziarah dan tidak ada pahala bagi kamu. Tetapi tinggallah di rumah dan berkhidmatlah kepada suami nescaya pahalanya sama dengan ibadat kaum orang lelaki.


2. Wanita yang memerah susu binatang dengan ‘Bismillah’ akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.


3. Wanita yang menguli tepung gandum dengan ‘Bismillah’, Allah akan berkatkan rezekinya.
 
4. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti menyapu lantai di Baitullah ( Kaabah).

5. “Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang mengeluarkan peluh ketika membuat roti, Allah akan membinakan 7 parit di antara dirinya dengan api neraka, jarak di antara parit itu ialah sejauh langit dan bumi.”

6. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang, Allah akan mencatatkan untuknya perbuatan baik sebanyak utas benang yang dibuat dan memadamkan seratus perbuatan jahat.”

7. “Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang menganyam akan benang dibuatnya, Allah telah menentukan satu tempat khas untuknya di atas tahta di hari akhirat.”

8. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang dan kemudian dibuat pakaian untuk anak-anaknya maka Allah akan mencatit baginya ganjaran sama seperti orang yang memberi makan kepada 1000 orang lapar dan memberi pakaian kepada 1000 orang yang tidak berpakaian.”

9. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang meminyakkan rambut anaknya, menyikatnya, mencuci pakaian mereka dan mencuci akan diri anaknya itu, Allah akan mencatatkan untuknya pekerjaan baik sebanyak helai rambut mereka dan memadamkan sebanyak itu pula pekerjaan jahat dan menjadikan dirinya kelihatan berseri di mata orang-orang yang memerhatikannya.”

10. Sabda Nabi s.a.w. : ” Ya Fatimah setiap wanita meminyakkan rambut dan janggut suaminya, memotong misai dan mengerat kukunya, Allah akan memberi minum kepadanya dari sungai-sungai serta diringankan Allah baginya sakaratul maut dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman daripada taman-taman syurga dan dicatatkan Allah baginya kelepasan dari api neraka dan selamatlah ia melintas Titian Shiratul Mustaqim.”

11. Jika suami mengajarkan atau menerangkan kepada isterinya satu masalah agama atau dunia  dia akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.

12. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumahtangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga dan menunggu kedatangan suaminya dengan menunggang kuda yang diperbuat daripada permata yakut.

13. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya iaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah. Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita (isteri) yang solehah.

14. Salah satu tanda keberkatan wanita itu ialah cepat perkahwinannya, cepat pula kehamilannya dan ringan pula maharnya (mas kahwin).

15. Sebaik-baik wanita ialah wanita (isteri) yang apabila engkau memandang kepadanya ia menggembirakan kamu, jika engkau memerintahnya  ia  mentaati perintah tersebut  dan jika engkau bermusafir dia menjaga harta engkau dan dirinya. Maksud hadis: Dunia yang paling aku sukai ialah wanita solehah.
- See more at: http://www.ustazcambodia.com/2013/12/allah-anugerah-15-perkara-pada-wanita.html#sthash.4C4rMRhX.dpuf
Unknown Kelebihan

Menemui Hidayah Kerana Buah Tin dan Zaitun

Kebenaran A-Quran tidak dapat dibantah lagi, bahkan banyak orang bukan Muslim menjadi Muallaf setelah menelaah ayat-ayat Al-Qur'an. Beberapa ahli biologi asal Jepun yang menyatakan memeluk Islam, selepas Al-Quran menguatkan hasil penyelidikan dan kajian mereka.

Mereka memeluk Islam bermula dengan satu penyelidikan mengenai zat bernama methalonids. Zat protein ini keluar dari otak manusia dan binatang dalam jumlah yang sedikit.
 
Zat methalonids sangat penting bagi tubuh manusia dan dapat mengurangkan kolesterol. Selain itu, zat ini juga berguna untuk menguatkan jantung dan menguatkan sistem pernafasan.

Zat methalonids akan dihasilkan dalam jumlah yang lebih banyak selepas umur 15 tahun hingga 35 tahun. Selepas usia ini hingga usia 60 tahun, pengeluaran bahan-bahan ini akan berkurang kembali. Dengan demikian, zat methalonids termasuk zat jarang ditemui dalam tubuh manusia. Dalam tubuh haiwan, bahan ini juga didapati sangat sedikit.

Oleh itu, para penyelidik Jepun berusaha mencari bahan methalonids dalam buah-buahan dan mereka hanya mencari dalam dua jenis buah iaitu dari buah tin dan zaitun yang sudah disebutkan dalam Al-Quran sejak berabad-abad lalu.

Dari penyelidikan, jika mengambil salah satu dari dua buah tersebut tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan. Menurut mereka, jika satu biji buah tin dicampur menjadi satu dengan enam biji buah zaitun, maka hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan baik .

Pada suatu masa lalu, para penyelidik Jepun ini berhubung dengan seorang doktor berbangsa Arab Saudi. Doktor Saudi ini meneliti penggunaan kata tin dan zaitun dalam Al-Quran. Dia mencari kata " tin " disebutkan sebanyak satu kali dan kata " zaitun " secara tegas sebanyak enam kali dan satu kali secara tersirat. Akhirnya, doktor ini menghantar seluruh maklumat dari Al-Quran kepada mereka dan setelah yakin atas ketepatan maklumat, mereka pun menyatakan memeluk Islam.
Unknown Kisah Teladan

Kisah Imam Syafei Ditangkap Dirantai

Imam Syafie bernama Muhammad bin Idris. Salasilah keturunan beliau adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafie bin Saib bin Abdul Yazid bin Hasyim bin Abdul Mutalib bin Abdul Manaf. Keturunan beliau bertemu dengan keturunan Nabi Muhammad SAW pada datuk Nabi Muhammad yang ketiga iaitu Abdul Manaf.

Beliau dilahirkan di Ghuzah nama sebuah kampung yang termasuk daerah Palestin, pada bulan Rejab 150 H atau 767 Masehi. Tempat asal ayah dan bonda beliau ialah di Kota Makkah. Imam Syafie lahir di Palestin kerana ketika itu bondanya pergi ke daerah itu demi keperluan penting. Namun di dalam perjalanan menuju Palestin tersebut ayahnya meninggal dunia, sementara Imam Syafie masih dalam kandungan ibunya. Setelah berumur dua tahun baru Imam Syafie dan ibunya kembali ke Kota Makkah.

Ketika berumur 9 tahun beliau telah hafal Al-Quran 30 juz. Umur 19 tahun telah mengerti isi kitab Al-Muwatha’, karangan Imam Malik, tidak lama kemudian Al-Muwatha’ telah dihafalnya. Kitab Al-Muwatha’ tersebut berisi hadith-hadith Rasulullah SAW, yang dihimpun oleh Imam Malik.

Kerana kecerdasannya pada umur 15 tahun beliau telah diizinkan memberi fatwa di hadapan masyarakat dan menjawat sebagai guru besar ilmu hadith serta menjadi mufti dalam Masjidil Haram di Makkah.
Ketika berumur 20 tahun beliau pergi belajar ke tempat Imam Malik di Madinah, setelah itu beliau ke Irak, Parsi dan akhirnya kembali ke Madinah. Dalam usia 29 tahun beliau pergi ke Yaman untuk menuntut ilmu pengetahuan.

Tentang ketaatan beliau dalam beribadah kepada Allah diceritakan bahawa setiap malam beliau membagi malam itu kepada tiga bahagian. Sepertiga malam beliau gunakan kewajipan sebagai manusia yang mempunyai keluarga, sepertiga malam untuk solat dan zikir dan sepertiga lagi untuk tidur.

Ketika Imam Syafie di Yaman, beliau diangkat menjadi setiausaha dan penulis istimewa Gabenor di Yaman, sekaligus menjadi guru besar di sana. Kerana beliau termasuk orang pendatang, secara tiba-tiba memangku jawatan yang tinggi, maka ramai orang yang memfitnah beliau.

Ahli sejarah telah menceritakan bahawa waktu sultan Harun Ar-Rasyid sedang marah terhadap kaum Syiah, sebab golongan tersebut berusaha untuk meruntuhkan kekuasaan Abbasiyah, mereka berhasrat mendirikan sebuah kerajaan Alawiyah iaitu keturunan Saidina Ali bin Abi Talib. Kerana itu di mana kaum Syiah berada mereka diburu dan dibunuh.

Suatu kali datang surat baginda Sultan dari Baghdad. Dalam surat yang ditujukan kepada Wali negeri itu diberitahukan supaya semua kaum Syiah ditangkap. Untuk pertama kali yang paling penting adalah para pemimpinnya, jika pekerjaan penangkapan telah selesai semua mereka akan dikirimkan ke Baghdad. Semuanya harus dibelenggu dan dirantai. Imam Syafie juga ditangkap, sebab di dalam surat tersebut bahawa Imam Syafie termasuk dalam senarai para pemimpin Syiah.

Ketika peristiwa itu terjadi pada bulan Ramadhan, Imam Syafie dibawa ke Baghdad dengan dirantai kedua belah tangannya. Dalam keadaan dibelenggu itu para tahanan disuruh berjalan kaki mulai dari Arab Selatan (Yaman) sampai ke Arab Utara (Baghdad), yang menempuh perjalanan selama dua bulan. Sampai di Baghdad belenggu belum dibuka, yang menyebabkan darah-darah hitam melekat pada rantai-rantai yang mengikat tangan mereka.

Pada suatu malam pengadilan pun dimulai. Para tahanan satu persatu masuk ke dalam bilik pemeriksaan. Setelah mereka ditanya dengan beberapa kalimat, mereka dibunuh dengan memenggal leher tahanan tersebut. Supaya darah yang keluar dari leher yang dipotong itu tidak berserak ia dialas dengan kulit binatang yang diberi nama dengan natha’.

Imam Syafie dalam keadaan tenang menunggu giliran, dengan memohon keadilan kepada Allah SWT. Kemudian beliau dipanggil ke hadapan baginda Sultan. Imam Syafie menyerahkan segalanya hanya kepada Allah SWT. Dengan keadaan merangkak kerana kedua belah kaki beliau diikat dengan rantai, Imam Syafie mengadap Sultan. Semua para pembesar memperhatikan beliau.
“Assalamualaika, ya Amirul Mukminin wabarakatuh.”

Demikian ucapan salam beliau kepada baginda dengan tidak disempurnakan iaitu “Warahmatullah.”
“Wa alaikassalam warahmatullah wabarakatuh.” Jawab baginda. Kemudian baginda bertanya: “Mengapa engkau mengucap salam dengan ucapan yang tidak diperintahkan oleh sunnah, dan mengapa engkau berani berkata-kata dalam majlis ini sebelum mendapat izin dari saya?”

Imam Syafie menjawab: “Tidak saya ucapkan kata “Warahmatullah” kerana rahmat Allah itu terletak dalam hati baginda sendiri.” Mendengar kata-kata itu hati baginda jadi lembut. Kemudian Imam Syafie membaca surah An-Nur ayat 55 yang bermaksud:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh bahawa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sesungguhnya Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diredhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa.”

Setelah membaca ayat di atas kemudian Imam Syafie berkata: “Demikianlah Allah telah menepati janjiNya, kerana sekarang baginda telah menjadi khalifah, jawapan salam baginda tadi membuat hati saya menjadi aman.” Hati baginda menjadi bertambah lembut. Baginda Harun ar Rashid bertanya kembali: “Kenapa engkau menyebarkan faham Syiah, dan apa alasanmu untuk menolak tuduhan atas dirimu.”

“Saya tidak dapat menjawab pertanyaan baginda dengan baik bila saya masih dirantai begini, jika belenggu ini dibuka Insya-Allah saya akan menjawab dengan sempurna. Lalu baginda memerintahkan kepada pengawal untuk membukakan belenggu yang mengikat lmam Syafie itu.

Setelah rantai yang membelenggu kedua kaki dan tangannya itu dibuka, maka Imam Syafie duduk dengan baik kemudian membaca surah Hujarat ayat 6:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq yang membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

“Ya Amirul Mukminin, sesungguhnya berita yang sampai kepada baginda itu adalah dusta belaka. Sesungguhnya saya ini menjaga kehormatan Islam. Dan bagindalah yang berhak memegang adab kitab Allah kerana baginda adalah putera bapa saudara Rasulullah SAW iaitu Abbas. Kita sama-sama menghormati keluarga Rasulullah. Maka kalau saya dituduh Syiah kerana saya sayang dan cinta kepada Rasulullah dan keluarganya, maka demi Allah, biarlah umat Islam sedunia ini menyaksikan bahawa saya adalah Syiah. Dan tuan-tuan sendiri tentunya sayang dan cinta kepada keluarga Rasulullah.” Demikian jawab Imam Syafie. 

Baginda Harun ar Rasyid pun menekurkan kepalanya kemudian ia berkata kepada Imam Syafie: “Mulai hari ini bergembiralah engkau agar lenyaplah perselisihan antara kami dengan kamu, kerana kami harus memelihara dan menghormati pengetahuanmu wahai Imam Syafie.”

Demikianlah kehidupan Imam Syafie sebagai ulama besar, yang tidak lepas dari berbagai cubaan serta seksaan dari pihak yang tak mengerti akan hakikat kebenaran yang sesungguhnya. Hanya ketabahan dan keimanan serta pengetahuanlah yang dapat menghadapi setiap cubaan itu sebagai suatu ujian dari Allah SWT yang harus kita hadapi
Unknown Kisah Teladan